taken by me |
Judul
: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia
Tahun: 2010 (cetakan kedua)
Halaman: 264
ISBN: 978-979-22-5780-9
Book Blurb:
"Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baikDia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya."
Daun Pohon Linden |
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan… mengikhlaskan semuanya” (Tere Liye)
Cinta tidak
mengenal batasan usia. Mungkin itulah yang terjadi antara Tania dan seseorang malaikat penjaganya. Seseorang itu jugalah yang telah merubah
kehidupan Tania, Ibunya, dan Dede. Seseorang
itulah juga yang telah memberikan celah kecil untuk Tania agar dapat meraih
masa depannya.
Kehidupan
Tania tidak seberuntung dengan anak-anak diusianya. Dari usia dini, Tania dan
adiknya, dede, telah mencari nafkah dengan mengamen dari satu bus ke bus
lainnya. Sampai suatu ketika, di saat sedang mengamen di bus, kaki Tania
terkena paku payung, saat itulah seseorang
tersebut membantunya dengan membersihkan luka menggunakan sapu tangannya.
Sejak
kejadian itu, seseorang tersebut
selalu berkunjung kerumahnya. Seseorang
itu, bisa dikatakan menanggung seluruh biaya kehidupan keluarga Tania.
Kehidupan Tania yang awal mulanya terasa gelap, ketika sosok malaikat tersebut
hadir, mulai bercahaya. Namun, keindahan tersebut tidak berlangsung lama, karena
ibu Tania tidak berumur panjang.
“Kau tak boleh menangis demi siapa pun mulai detik ini… Kau tak boleh menangis bahkan demi adikmu sekalipun…” aku mengangguk.“Kecuali, kecuali demi dia… Kecuali demi dia..” – Ibu
Sejak saat
itulah, Tania bersungguh-sungguh akan mengikuti semua perkataan malaikat nya.
Tania yang dulunya gadis kecil berkepang dua, kini menjelma menjadi gadis dewasa
yang cantik dan pintar. Sederet prestasi telah diraihnya sampai-sampai Tania
pun mendapatkan beasiswa ke Singapura.
“Aku memang tak pernah mengakui mempunyai perasaan itu kepadamu. Karena aku takut jawabannya tidak. Aku takut pengakuan itu membuatmu terluka. Bagaimana mungkin gadis kecil berkepang dua sepertiku mencintaimu. Aku memutuskan bersabar menunggu… Bersabar menunggu agar aku cantik dan dewasa seperti yang pernah kau katakana. Bersabar menunggu enam tahun kemudian.”
Perasaan
suka terhadap seseorang itu pun, kini
menjadi jelas. Di saat Tania masih ragu untuk mengungkapkan perasaannya, kabar
buruk pun menerpa bahwa seseorang tersebut
akan menikah. Mampukah Tania memendam rasa kepada seseorang tersebut? Apakah Tania malah tega menghancurkan rencana
pernikahan seseorang itu? Lalu,
Siapakah sesosok Seseorang malaikat
penjaganya itu?
“Daun yang jatuh tak akan membenci anginAku bukan daun! Dan aku tak pernah mau menjadi daun!Aku mencintainya, itulah semua perasaanku.Dan dia jelas-jelas bukan angin”
Ini karya Tere Liye yang kesekian kalinya aku baca, ceritanya
cukup menghipnotisku. Buku ini aku bawa ke kampus, buat teman baca dikala menunggu
dosen. Ternyata eh ternyata, malah sampai setengah halaman buku dibaca
*keasyikan* =)) Awalnya, saya sedikit bingung dengan alur yang digunakan, tapi
karena penasaran akhirnya dilanjutkan terus. Kisahnya sungguh bikin menonjok
hati (?), walaupun alurnya berkesan lamban, tapi aku tetap suka. Menurutku
juga, makna judul buku ini sungguh luar biasa dalamnya, apalagi melihat
perjuangan Tania agar menjadi anak yang pintar, hal itu menjadi inspirasi
tersendiri bagi aku agar terus belajar. ^^
Oh iya, satu lagi, Tere Liye ini juga pandai dalam melukiskan
suatu tempat, sampai-sampai aku sambil berkhayal membayangkan lokasi nya
seperti apa. ^^
5 bintang pun tidak cukup untuk mengekspresikan betapa suka
nya aku sama novel ini. Setelah baca novel ini, aku langsung baca ulang =))
belum mau move on sih~ hihihi =))
Pohon Linden |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar